Read more: http://aslam-blogger21.blogspot.com/2013/06/membuat-blog-dikelilingi-kupu-kupu.html#ixzz2WoiXFYrF

Minggu, 15 April 2012

Tradisi Kontemporer Inovatif

    “Dikhotomi antara yang tradisional dan yang kontemporer adalah dikhotomi yang problematis. Dalam kehidupan kesenian di Indonesia sekarang, apa yang tradisional juga masih hidup di satu zaman dengan yang modernis dan avant garde,” kata Goenawan Mohamad pada diskusi “Rethinking Tradition” di Goethe Haus Jakarta Sabtu lalu. Diskusi ini menjadi penutup dari acara yang digelar selama beberapa hari, yaitu Regional Dance Summit “Transforming Tradition” di tempat yang sama.
Selain penyair/sastrawan Goenawan Mohamad, hadir pula penari Sardono W Kusumo sebagai nara sumber. Diskusi ini diikuti lebih 200 orang dan uniknya datang dari berbagai negara seperti Thailand, Filipina, Malaysia, Kamboja, Vietnam, Australia, hingga New Zealand. Sementara dari seniman Karo yang hadir saya dan Fredy Ginting (pemeran bapa Rudang yang kini menjadi pemeran utama PUTRI HIJAU). Kebetulan kami menghadiri diskusi ini setelah menghadiri kerja-kerja/pesta adat di gedung Dittopad Jakarta Pusat siangnya.
Apa yang menarik di diskusi itu tentu saja thema yang diangkat “Rethinking Tradition” memikirkan kembali tradisi. Sebegitu pentingnyakah kita memikirkan tradisi sementara saat ini kita hidup dikukung oleh hiruk pikuknya dunia digital.
Saat saya menghadiri kerja-kerja/pesta adat di Dittopad, saya melihat banyak sekali orang berkumpul. Mereka datang dari kalangan berada hingga ke level hidup dari cukup. Mereka hadir di tempat itu bukan hanya mereka menerima undangan yang sama juga seperti saya. Bukan pula karena mereka sekedar menghargai yang punya hajatan. Sadar dan tidak sadar, orang-orang yang berkumpul itu sudah “Rethinking Tradition”. Mereka hadir karena latar belakang  tradisi mereka. Tradisi Karo!
Sebagian besar dari mereka berasal dari Karo. Terlihat dari gaya berpakaian mereka. Gaya omongan mereka. Gaya jalan mereka. Gaya bertutur mereka. Mereka semua tidak bisa menghilangkan gaya itu. Gaya itulah disebut dalam nilai kebudayaan yaitu kearifan lokal budaya Karo.
Namun tidak semua generasi paham dengan kearifan tradisi itu. Terutama generasi muda. Itu sebabnya diperlukan gaya kontemporer dengan inovasi-inovasi baru yang tidak menghilangkan sisi tradisi itu sendiri.

Kebetulan saya melangkah dari seni kontemporer. Dari 5 tahun saya mendedikasikan penuh hidup saya di kesenian, saya selalu mengangkat tema-tema kontemporer. Saya selalu mengangkat nilai-nilai budaya lokal dan mengangkatnya dengan gaya kontemporer dalam karya saya. Sebelum terjun penuh di kesenian Karo, saya pernah mendalami budaya Mesir saat menggarap Cleopatra, budaya Cina saat saya buat San Pek Eng Tay, budaya Yunani saat saya mementaskan A Midsummer Night’s Dream, hingga budaya Romawi saat saya mempersembahkan Pilar Roma.
Pawang Ternalem adalah start dari pertunjukan kontemporer profesional saya. Orang-orang menonton sebuah tradisi Karo dengan gaya modern. Penataan lighting, efek, artistik yang serba modern. Yang saya tahu saat mementaskannya, pertunjukan ini disukai dengan orang-orang lintas generasi. Generasi dulu dan generasi sekarang. Itulah kesenian kontemporer!
PUTRI HIJAU di tanggal 16-17 Oktober nanti…?
Saya akan menjanjikan pertunjukan Karo kontemporer yang berbeda. Saya sudah menyiapkan naskah yang penuh dengan plot-plot trik. Tokoh-tokoh yang dimainkan ada beragam. Mulai dari karakter misterius pada pemeran utama, hingga karakter komedian bahkan banci (bencong). Naskah ini dibangun dengan gaya serius dan disisipi oleh komedi-komedi berkelas. Artinya komedi yang hadir bukan komedi situasi khas teater rakyat. Komedi yang dibangun adalah komedi yang nyambung dengan perkembangan zaman dan keadaan.
Special efek, kostum, lighting, sound, akan saya garap dengan gaya modern. Bahkan dalam tarian, saya tidak hanya menyiapkan tarian 3 suku seperti Karo, Melayu, dan Aceh. Tapi saya juga sudah menyiapkan tarian kontemporer untuk PUTRI HIJAU saat mengalami cobaan batin waktu di Lau Pirik Seberaya dan Pancur Gading Deli Tua.
Saya sudah menyiapkan 35 orang aktor yang akan bermain maksimal. Beberapa diantaranya adalah aktor berkaliber Nasional bahkan Internasional. Orang-orang artistik seperti penata tari, musik, lighting, kostum, tata rias, sound, efek, dan artistik/dekorasi adalah orang-orang profesional yang siap memberikan terbaik untuk pertunjukan.ini. Sementara orang-orang organizer siap menset acara ini menjadi yang terbaik.
Saya adalah penanggungjawab pertunjukan ini. Bahkan kalau bisa dikata dari karya saya ini orang-orang akan melihat bagaimana sebuah eksistensi kebesaran suku Karo saat ini. Itu sebabnya saya terus memotivasi orang-orang yang bekerja untuk saya. Baik aktor, orang artisitk, dan orang organizer harus memberikan terbaik dengan karya mereka.
Sementara di sisi lain, saya mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang senantiasa mensupport saya. Baik itu keluarga saya tercinta. Kekasih saya.  Kaum tokoh-tokoh adat dan pembesar. Begitu juga orang-orang yang peduli pada budaya yang terus mensupport komunitas Teater Aron ini dengan dukungan doa dan materi.
Saya ucapkan terima kasih untuk anda semua. Anda semua telah membuat kepala saya tetap tegak dan tersenyum untuk kreatifitas.
PUTRI HIJAU akan hadir dihadapan anda seolah akan seperti merefleksi diri anda sendiri. Diri anda dengan kehidupan masa lampau. Suatu masa, saat nanti anda nanti menyaksikannya, niscaya anda akan mengalami “Rethinking Tradition!”
Anda akan rindu dengan budaya anda. Anda akan bangga dengan suku anda. Anda akan bangga menceritakannya pada orang-orang di sekeliling anda. Bahkan anda akan rindu untuk membangun kampung halaman anda.
Itulah sebabnya kenapa kami ingin sekali menyajikan PUTRI HIJAU ini untuk anda!
Bujur ras Mejuah-juah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Statistik Pengunjung

Biring Ranking